PENGERTIAN, KARAKTERISTIK, DAN
PENGGOLONGAN MODEL PEMBELAJARAN
Dalam baacaan ini Anda akan mempelajari tentang pengertian, karakteristik, dan penggolongan model-model pembelajaran secara umum. Paparan dari masing-masing aspek tersebut adalah sebagai berikut.
A. Pengertian Model Pembelajaran
1. Pembelajaran
Di dalam BBM ini istilah pembelajaran sama dengan proses belajar mengajar. Dalam konteks pembelajaran terdapat dua komponen penting, yaitu guru dan peserta didik yang saling berinteraksi. Dengan demikian, dalam modul ini, pembelajaran didefinisikan sebagai pengorganisasian atau penciptaan atau pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya yang memungkinkan terjadinya belajar pada peserta didik.
2. Model pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Syaiful Sagala, 2005).
Secara luas, Joyce dan Weil (2000:13) mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, program multi media, dan bantuan belajar melalui program komputer. Hakikat mengajar menurut Joyce dan Weil adalah membantu pebelajar (peserta didik) memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan belajar bagaimana cara belajar.
Merujuk pada dua pendapat di atas, penulis memaknai model pembelajaran dalam BBM ini sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru-peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik. Di dalam pola pembelajaran yang dimaksud terdapat karakteristik berupa rentetan atau tahapan perbuatan/kegiatan guru-peserta didik atau dikenal dengan istilah sintaks dalam peristiwa pembelajaran. Secara implisit di balik tahapan pembelajaran tersebut terdapat karakteristik lainnya dari sebuah model dan rasional yang membedakan antara model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang lainnya.
B. Karakteristik Model Pembelajaran
Rangke L Tobing, dkk (1990:5) mengidentifikasi lima karakterististik suatu model pembelajaran yang baik, yang meliputi berikut ini.
1. Prosedur Ilmiah
Suatu model pembelajaran harus memiliki suatu prosedur yang sistematik untuk mengubah tingkah laku peserta didik atau memiliki sintaks yang merupakan urutan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru-peserta didik.
2. Spesifikasi hasil belajar yang direncanakan
Suatu model pembelajaran menyebutkan hasil-hasil belajar secara rinci mengenai penampilan peserta didik.
3. Spesifikasi lingkungan belajar
Suatu model pembelajaran menyebutkan secara tegas kondisi lingkungan dimana tanggapan peserta didik diobservasi.
4. Kriteria penampilan
Suatu model pembelajaran merujuk pada kriteria penerimaaan penampilan yang diharapkan dari para peserta didik. Model pembelajaran merencanakan tingkah laku yang diharapkan dari peserta didik yang dapat didemonstrasikannya setelah langkah-langkah mengajar tertentu.
5. Cara-cara pelaksanaannya
Semua model pembelajaran menyebutkan mekanisme yang menunjukkan reaksi peserta didik dan interaksinya dengan lingkungan.
Bruce dan Weil (1980 dan 1992: 135-136) mengidentifikasi karakteristik model pembelajaran ke dalam aspek-aspek berikut.
1. Sintaks
Suatu model pembelajaran memiliki sintaks atau urutan atau tahap-tahap kegiatan belajar yang diistilahkan dengan fase yang menggambarkan bagaimana model tersebut dalam praktiknya, misalnya bagaimana memulai pelajaran.
2. Sistem sosial
Sistem sosial menggambarkan bentuk kerja sama guru-peserta didik dalam pembelajaran atau peran-peran guru dan peserta didik dan hubungannya satu sama lain dan jenis-jenis aturan yang harus diterapkan. Peran kepemimpinan guru bervariasi dalam satu model ke model pembelajaran lainnya. Dalam beberapa model pembelajaran, guru bertindak sebagai pusat kegiatan dan sumber belajar (hal ini berlaku pada model yang terstruktur tinggi), namun dalam model pembelajaran yang terstruktur sedang peran guru dan peserta didik seimbang. Setiap model memberikan peran yang berbeda pada guru dan peserta didik.
3. Prinsip reaksi
Prinsip reaksi menunjukkan kepada guru bagaimana cara menghargai atau menilai peserta didik dan bagaimana menanggapi apa yang dilakukan oleh peserta didik. Sebagai contoh, dalam suatu situasi belajar, guru memberi penghargaan atas kegiatan yang dilakukan peserta didik atau mengambil sikap netral.
4. Sistem pendukung menggambarkan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk mendukung keterlaksanaan model pembelajaran, termasuk sarana dan prasarana, misalnya alat dan bahan, kesiapan guru, serta kesiapan peserta didik.
5. Dampak pembelajaran langsung dan iringan
Dampak pembelajaran langsung merupakan hasil belajar yang dicapai dengan cara mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang diharapkan sedangkan dampak iringan adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh pebelajar.
C. Penggolongan dan Jenis-Jenis Model Pembelajaran
Joyce dan Weil (1980; 1992) dalam bukunya Models of Teaching menggolongkan model-model pembelajaran ke dalam empat rumpun. Keempat rumpun model pembelajaran tersebut adalah: (1) rumpun model pembelajaran pemrosesan iInformasi, (2) rumpun model pembelajaran personal, (3) rumpun model pembelajaran sosial, dan (4) rumpun model pembelajaran perilaku.
1. Rumpun model-model Pemrosesan Informasi
Model-model pembelajaran dalam rumpun Pemrosesan Informasi bertitik tolak dari prinsip-prinsip pengolahan informasi, yaitu yang merujuk pada cara-cara bagaimana manusia menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah, menyusun konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan simbol-simbol. Beberapa model pembelajaran dalam rumpun ini berhubungan dengan kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalah, dengan demikian peserta didik dalam belajar menekankan pada berpikir produktif. Sedangkan beberapa model pembelajaran lainnya berhubungan dengan kemampuan intelektual secara umum, dan sebagian lagi menekankan pada konsep dan informasi yang berasal dari disiplin ilmu secara akademis.
Jenis model-model pembelajaran yang termasuk ke dalam rumpun pemrosesan informasi ini adalah seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Model-Model Pembelajaran yang Tergolong Rumpun
Pemrosesan Informasi
No | Nama Model Pembelajaran | Tokoh | Misi/tujuan/manfaat |
1 | Berpikir Induktif | Hilda Taba | Ditujukan secara khusus untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan dalam kegiatan akademik meskipun diperlukan juga untuk kehidupan pada umumnya. Model ini memiliki keunggulan melatihkan kemampuan menganalisis informasi dan membangun konsep yang berhubungan dengan kecakapan berpikir. |
2. | Latihan Inkuari | Richard Suchman | Sama dengan model berpikir induktif, model ini ditujukan untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan dalam kegiatan akademik meskipun diperlukan juga untuk kehidupan pada umumnya. Kelebihan model ini dibandingkan dengan berpikir induktif lebih banyak melatihkan metode ilmiah. |
3. | Pembentukan konsep | Jerome Bruner, Goodnow, dan Austin | Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif, peserta didik dilatih mempelajari konsep secara efektif. |
4 | Perkembangan kognitif | Jean Piaget, Irving Siegel, Edmund Sullivan, Lawren-ce Kohl-berg | Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan berpikir/pengembangan intelektual pada umumnya, khususnya berpikir logis, meskipun demikian kemampuan ini dapat diterapkan pada kehidupan sosial dan pengembangan moral. |
5 | Advanced organizer | David Ausubel | Dirancang untuk meningkatkan kemampuan mengolah informasi melalui penyajian materi beragam (ceramah, membaca, dan media lainnya) dan menghubungkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah ada. |
6. | Mnemonics | Pressley, Levin, Delaney | Strategi belajar untuk mengingat dan mengasimilasi informasi. |
(Sumber: Bruce Joyce dan Marsha Weil, 1980 dan Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Beverly Showers, 1992, 1996: Models of Teaching)
2. Rumpun model-model Pribadi/individual
Model-model pembelajaran yang termasuk rumpun model-model personal/individual menekankan pada pengembangan pribadi. Model-model pembelajaran ini menekankan pada proses dalam “membangun/mengkonstruksi” dan mengorganisasi realita, yang memandang manusia sebagai pembuat makna. Model-model pembelajaran rumpun ini memberikan banyak perhatian pada kehidupan emosional. Fokus pembelajaran ditekankan untuk membantu individu dalam mengembangkan hubungan individu dengan lingkungannya dan untuk melihat dirinya sendiri. Jenis-jenis model pembelajaran pribadi seperti tercantum pada tabel 2.
Tabel 2. Model-Model Pembelajaran Personal (Pribadi)
Nama Model | Tokoh | Misi/Tujuan |
Pengajaran Non Direktif | Carl Rogers | Penekanan pada pembentukan kemampuan belajar sendiri untuk mencapai pemahaman dan penemuan diri sendiri sehingga terbentuk konsep diri. Model ini menekankan pada hubungan guru-peserta didik. |
Latihan Kesadaran | Fritz Pearls William Schutz | Pembentukan kemampuan menjajagi dan menyadari pemahaman diri sendiri. |
Sinektik | William Gordon | Pengembangan individu dalam hal kreativitas dan pemecahan masalah kreatif. |
Sistem Konseptual | David Hunt | Didesain untuk meningkatkan kompleksitas pribadi dan fleksibilitas. |
Pertemuan kelas | William Glasser | Pengembangan pemahaman diri dan tanggungjawab pada diri sendiri dan kelompok sosial lainnya. |
(Sumberi Bruce Joyce dan Marsha Weil, 1980, Models of Teaching )
3. Rumpun model-model Interaksi Sosial
Model-model pembelajaran yang termasuk dalam rumpun sosial ini menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model-model ini memfokuskan pada proses negosiasi sosial. Model-model pembelajaran dalam kelompok ini memberikan prioritas pada peningkatan kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dalam upaya peningkatan proses demokratis dalam bermasyarakat secara produktif.
Tokoh-tokoh teori sosial juga peduli dengan pengembangan pikiran (mind) diri sebagai pribadi dan materi keakademisan. Jenis-jenis model pembelajaran rumpun Interaksi Sosial adalah seperti dalam tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Model-model Pembelajaran Interaksi Sosial
Nama Model | Tokoh | Misi/tujuan |
Kerja kelompok. (investigati-on group) | Herbert Thelen John Dewey | Mengembangkan keterampilan-keterampilan untuk berperan dalam kelompok yang menekankan keterampilan komunikasi interpersonal dan keterampilan inkuari ilmiah. Aspek-aspek pengembangan pribadi merupakan hal yang penting dari model ini. |
Inkuari Sosial | Byron Massialas Benjamin Cox | Pemecahan masalah sosial, terutama melalui inkuari ilmiah dan penalaran logis. |
Jurispru-dential | National Training Laboratory, Bethel, Maine Donald Oliver James P.Shaver | Pengembangan keterampilan interpersonal dan kerja kelompok untuk mencapai, kesadaran, dan fleksibilitas pribadi. Didesain utama untuk melatih kemampuan mengolah informasi dan menyelesaikan isu kemasyarakatan dengan kerangka acuan atau cara berpikir jurisprudensial (ilmu tentang hukum-hukum manusia). |
Role playing (Bermain peran) | Fannie Shaftel George Shafted | Didesain untuk mengajak peserta didik dalam menyelidiki nilai-nilai pribadi dan sosial melalui tingkah laku mereka sendiri dan nilai-nilai yang menjadi sumber dari penyelidikan itu |
Simulasi Sosial | Sarene Boocock, Harold Guetzkow | Didisain untuk membantu pengalaman peserta didik melalui proses sosial dan realitas dan untuk menilai reaksi mereka terhadap proses-proses sosial tersebut, juga untuk memperoleh konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan pengambilan keputusan. |
(Sumber: Bruce Joyce dan Marsha Weil, 1980, Models of Teaching)
4. Rumpun Model-model Perilaku
Semua model pembelajaran rumpun ini didasarkan pada suatu pengetahuan yang mengacu pada teori perilaku, teori belajar, teori belajar sosial, modifikasi perilaku, atau perilaku terapi. Model- model pembelajaran rumpun ini mementingkan penciptaan lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan perilaku secara efektif sehingga terbentuk pola perilaku yang dikehendaki. Adapun jenis-jenis model pembelajaran perilaku seperti pada tabel 4.
Tabel 4. Model-model Pembelajaran Rumpun Perilaku
Model | Tokoh | Misi atau tujuan |
Contingency Management (manajemen dari akibat/hasil perlakuan) | B.F. Skinner | Model ini dirancang untuk mengajak peserta didik mempelajari fakta-fakta, konsep-konsep dan keterampilan sebagai akibat dari suatu perlakuan tertentu. |
Self Control | B.F. Skinner | Model ini dirancang untuk mengajak peserta didik untuk memiliki keterampilan mengendalikan perilaku sosial/keterampilan-keterampilan sosial. |
Relaksasi | Rimm & Masters Wolpe | Model ini dirancang untuk mengajak peserta didik menemukan tujuan-tujuan pribadi. |
Stress Reduction (pengurangan stres) | Rimm & Masters | Model ini ditujukan untuk membelajarkan peserta didik dalam cara relaksasi dalam mengatasi kecemasan dalam situasi sosial |
Assertive Training (Latihan berekspresi) | Wolpe, lazarus, Salter | Menyatakan perasaan secara langsung dan spontan dalam situasi sosial |
Desensititation | Wolpe | Pola-pola perilaku, keterampilan–keterampilan |
Direct training/direct instruction | Gagne Smith & Smith | Pola tingkah laku, keterampilan-keterampilan. |
(Sumber: Bruce Joyce dan Marsha Weil, 1980, Models of Teaching)
MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG
A. Pengertian Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung (Direct Instruction) digunakan oleh para peneliti untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah kelompok peserta didik dan menguji keterampilan peserta didik melalui latihan-latihan di bawah bimbingan dan arahan guru. Dengan demikian, tujuan pembelajaran distrukturkan oleh guru. Sementara itu, menurut Roy Killen (1998:2), direct instruction merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Pendekatan dalam model pembelajaran ini berpusat pada guru, dalam hal ini guru menyampaikan isi materi pelajaran dalam format yang sangat terstruktur, mengarahkan kegiatan para peserta didik, dan mempertahankan fokus pencapaian akademik.
Tujuan utama pembelajaran langsung adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar peserta didik. Beberapa temuan dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian peserta didik yang dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh peserta didik dalam belajar/mengerjakan tugas dan kecepatan peserta didik untuk berhasil dalam mengerjakan tugas sangat positif.
Model pembelajaran langsung dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dalam melakukan tugasnya, guru dapat menggunakan berbagai media, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dan sebaganya. Informasi yang dapat disampaikan dengan strategi direktif dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Dengan demikian pembelajaran langsung dapat didefinisikan sebagai model pembelajaran di mana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung kepada peserta didik, pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh guru. Model ini sangat cocok jika guru menginginkan peserta didik menguasai informasi atau keterampilan tertentu. Namun, jika guru menginginkan peserta didik belajar menemukan konsep lebih jauh dan melatihkan keterampilan berpikir lainnya, maka model ini kurang cocok.
B. Karakteristik Model Pembelajaran Langsung
Berdasarkan uraian di atas, maka diidentifikasi beberapa karakteristik model pembelajaran langsung; (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru.
Suatu model pembelajaran dicirikan dengan adanya sintaks (tahapan-tahapan) yang spesifik sesuai dengan hasil kajian penggagasnya. Selain harus memperhatikan sintaks, guru yang akan menggunakan model pembelajaran langsung juga harus memperhatikan variabel-variabel lingkungan lainnya, yaitu fokus akademik, arahan dan kontrol guru, harapan yang tinggi untuk kemajuan peserta didik, dan waktu.
Fokus akademik diartikan sebagai prioritas pemilihan tugas-tugas yang harus dilakukan peserta didik selama pembelajaran yang menekankan pada aktivitas akademik. Pengarahan dan kontrol guru terjadi ketika guru memilih tugas-tugas peserta didik dan melaksanakan pembelajaran, menentukan kelompok, berperan sebagai sumber belajar selama pembelajaran, dan meminimalisasikan kegiatan nonakademik di antara peserta didik. Kegiatan pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan sehingga guru memiliki harapan yang tinggi terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh peserta didik. Dengan demikian pembelajaran langsung sangat mengoptimalkan penggunaan waktu.
Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa salah satu karakteristik model pembelajaran langsung adalah adanya tahapan atau sintaks, berikut ini disajikan dua tahapan model pembelajaran langsung yang digagas oleh Bruce dan Weil; serta gagasan Slavin.
C. Tahapan Model Pembelajaran Langsung Bruce dan Weil
Sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996:349) adalah sebagai berikut: (1) orientasi, (2) presentasi, (3) latihan terstruktur, (4) latihan terbimbing, dan (5) latihan mandiri.
1) Orientasi
Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong peserta didik jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa :
· kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik;
· mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran;
· memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan;
· menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan
· menginformasikan kerangka pelajaran.
2) Presentasi
Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa:
· penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai peserta didik dalam waktu relatif pendek;
· pemberian contoh-contoh konsep;
· pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan
· menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
3) Latihan terstruktur
Pada fase ini guru memandu peserta didik untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon peserta didik dan memberikan penguatan terhadap respon peserta didik yang benar dan mengoreksi tanggapan peserta didik yang salah.
4) Latihan terbimbing
Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk menilai kemampuan peserta didik untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
5) Latihan mandiri
Pada fase ini peserta didik melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui peserta didik jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan.
Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran langsung mengutamakan pendekatan deduktif, dengan titik berat pada proses belajar konsep dan keterampilan motorik. Suasana pembelajaran terkesan lebih terstruktur dengan peranan guru yang lebih dominan. Apabila model pembelajaran langsung diterapkan secara efektif akan memberikan nilai tambah antara lain sebagai berikut.
· Peserta didik dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran secara jelas.
· Waktu untuk berbagai kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat.
· Guru dapat mengendalikan urutan kegiatan pembelajaran.
· Terdapat penekanan pada pencapaian akademik.
· Kinerja peserta didik dapat dipantau secara cermat.
· Umpan balik bagi peserta didik berorientasi akademik.
Selain itu, model pembelajaran langsung juga disukai karena guru dapat mengendalikan peserta didik dalam hal apa, kapan, dan bagaimana peserta didik belajar.
D. Penggunaan Pembelajaran Langsung
Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan memberikan garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut.
2. Ketika guru ingin mengajari peserta didik suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki struktur yang jelas dan pasti.
3. Ketika guru ingin memastikan bahwa peserta didik telah menguasai keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada peserta didik, misalnya penyelesaian masalah (problem solving).
4. Ketika guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan intelektual (misalnya menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang logis).
5. Ketika subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan dengan pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan.
6. Ketika guru ingin menumbuhkan ketertarikan peserta didik akan suatu topik.
7. Ketika guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum peserta didik melakukan suatu kegiatan praktik.
8. Ketika guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk memandu peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau independen.
9. Ketika para peserta didik menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan penjelasan yang sangat terstruktur.
10. Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada peserta didik atau ketika guru tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada peserta didik.
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Arah pembelajaran seharusnya terfokus pada belajar seperti: lerning how to learn, learning how to do, learning to live together, dan learning to be (a good citizen). Semua pembelajaran tersebut di atas dapat dibelajarkan melalui semua jenis mata pelajaran dengan menggunakan model cooperative learning atau pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dikembangkan dari pemikiran nilai-nilai demokrasi, belajar aktif, perilaku kerjasama dan menghargai pluralisme dalam masyarakat yang multikultural. Secara historis, model pembelajaran kooperatif bukanlah sesuatu yang baru.
Arends (1989) mengemukakan bahwa setidaknya terdapat tiga tujuan utama dari pembelajaran kooperatif, yaitu: (1). peningkatan prestasi akademis, (2). hubungan sosial, dan (3). keterampilan bekerjasama dalam memecahkan permasalahan.
A. Pengertian, Hakikat, dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan gabungan teknik instruksional dan filsafat mengajar yang mengembangkan kerjasama antar peserta didik untuk memaksimalkan pembelajaran peserta didik sendiri dan belajar dari temannya. (Killen, 1998). Ada dua komponen penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu “a co-poperative task” yaitu bekerja sama dalam kelompok atas dasar tugas (which is a feature of most group work) dan “a co-operative incentive structure” yaitu bekerja sama atas dasar latar belajar peserta didik (which is unique to co-operative learning).
Pembelajaran kooperatif bukanlah suatu konsep yang baru. Selama ini, para guru sering menggunakan strategi kerja kelompok dalam pembelajarannya. Namun, pada strategi pembelajaran ini pembagian kelompok peserta didik masih kurang heterogen, tidak memperhatikan tingkat kepandaian, atau latar belakang peserta didik. Untuk memahami pengertian pembelajaran kooperatif sebaiknya kita membedakannya dengan pembelajaran secara kelompok. Cooperative learning adalah suatu strategi belajar-mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning ini juga memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya. Jadi keberhasilan belajar dalam pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan itu akan baik bila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik.
2. Hakikat Pembelajaran Kooperatif
Berdasarkan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Kagan dan Slavin, hakikat pembelajaran kooperatif adalah adanya keterlibatan seluruh peserta didik dalam suatu kelompok yang terstruktur. Struktur kelompok tersebut meliputi struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan (reward).
Struktur tugas mengacu kepada organisasi kerja dalam kelompok yang tercermin salah satunya dari pembagian kerja (peran dan tanggung jawab anggota kelompok). Struktur tujuan mengacu kepada orientasi kelompok dalam mencapai tujuan (yaitu pretasi dan keberhasilan kelompok). Struktur ini dapat terlihat dari adanya saling ketergantungan dan kontribusi serta partisipasi yang merata. Mencapai tujuan merupakan semangat peserta didik untuk bekerjasama. Struktur Penghargaan mengacu pada prestasi kelompok sebagai prestasi setiap anggota kelompok, prestasi kelompok merupakan keberhasilan bersama anggota kelompok, bukan ditentukan oleh anggota tertentu.
Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling berinteraksi dan bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Agar peserta didik dapat memahami pentingnya pembelajaran kooperatif dalam meningkatkan kompetensi dan kecakapan hidup, penekanan berikut perlu diinformasikan kepada peserta didik:
a. Peserta didik dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sepenanggungan bersama”.
b. Peserta didik bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.
c. Peserta didik harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
d. Peserta didik harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya .
e. Peserta didik akan dievaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
f. Peserta didik berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
g. Peserta didik diminta pertanggungjawabannya secara individu materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
3. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Kooperatif
Beberapa karakteristik pendekatan Cooperative Learning, antara lain:
a. Akuntabilitas individu, yaitu, bahwa setiap individu di dalam kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok, sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh tanggung jawab setiap anggota.
b. Keterampilan sosial, meliputi seluruh kehidupan sosial, kepekaan sosial dan mendidik peserta didik untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri demi kepentingan kelompok. Keterampilan ini mengajarkan peserta didik untuk belajar memberi dan menerima, mengambil dan menerima tanggung jawab, menghormati hak orang lain dan membentuk kesadaran sosial.
c. Kesalingtergantungan secara positif, adalah sifat yang menunjukkan saling ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif. Keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh peran serta setiap anggota kelompok, karena setiap anggota kelompok dianggap memiliki kontribusi. Jadi peserta didik berkolaborasi bukan berkompetensi.
d. Proses bekerja dalam kelompok, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama.
Untuk menciptakan ”kebersamaan” dalam belajar, guru harus merancang program pembelajarannya dengan mempertimbangkan aspek kebersamaan peserta didik, sehingga mampu mengkondisikan dan memformulasikan kegiatan belajar peserta didik dalam interaksi yang aktif interaktif dalam suasana kebersamaan. Kebersamaan ini bukan saja di dalam kelas, tetapi juga di luar lingkungan kelas.
B. Tujuan, Sintaks, dan Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki tujuan, sintaks dan manfaat seperti yang diuraikan berikut ini.
1. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pada awal pengembangannya, pembelajaran kooperatif dimaksudkan untuk mengembangkan nilai-nilai demokrasi, aktivitas peserta didik, perilaku kooperatif dan menghargai pluralisme. Akan tetapi sebenarnya aspek akademis juga masuk di dalamnya walaupun tidak tersirat. Arends (1989) menyatakan setidaknya terdapat tiga tujuan yang dapat dicapai dari pembelajaran kooperatif, yaitu:
a. peningkatan kinerja prestasi akademik,
b. penerimaan terhadap keragaman (suku, sosial, budaya, kemampuan, dsb),
c. keterampilan bekerja sama atau kolaborasi dalam pemecahan masalah.
Tujuan pertama yaitu membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang sulit. Dengan strategi kooperatif diharapkan terjadi interaksi antarpeserta didik untuk saling memberi pengetahuannya dalam memecahkan suatu masalah yang disajikan guru sehingga semua peserta didik akan lebih mudah memahami berbagai konsep. Tujuan kedua, yaitu membuat suasana penerimaan terhadap sesama peserta didik yang berbeda latar belakang misalnya suku, sosial, budaya, dan kemampuan. Hal ini memberi kesempatan yang sama kepada semua peserta didik terlepas dari latar belakang serta menciptakan kondisi untuk bekerjasama dan saling ketergantungan yang positif satu sama lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Tujuan ketiga, yaitu mengajarkan keterampilan bekerja sama atau kolaborasi dalam memecahkan permasalahan. Keterampilan ini sangat penting bagi peserta didik sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat. Selain itu, para peserta didik belajar untuk saling menghargai satu sama lain.
2. Sintaks atau Tahap-Tahap pada Pembelajaran Kooperatif
Berdasarkan kajian terhadap tipe-tipe pembelajaran kooperatif, Arends (1989) mengidentifikasi sintaks umum dalam pembelajaran kooperatif. Umumnya, terdapat enam fase atau tahapan pembelajaran dalam pembelajaran koperatif seperti yang tertera pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5 Fase/Tahapan Umum Model Pembelajaran Kooperatif
No. | Fase | Perilaku Guru |
1 | Menyediakan obyek dan perangkat | Guru mengemukakan tujuan, memotivasi peserta didik untuk belajar, menyediakan obyek dan membuat perangkat pembelajaran. |
2 | Menghadirkan/menyajikan informasi | Guru menghadirkan/menyajikan informasi untuk peserta didik baik secara presentasi verbal ataupun dengan tulisan. |
3 | Mengorganisasi peserta didik dalam belajar kelompok | Guru menjelaskan pada peserta didik bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. |
4 | Membimbing bekerja dan belajar | Guru membimbing kelompok belajar ketika mereka sedang bekerja menyelesaikan tugas bersama. |
5 | Evaluasi | Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya. |
6 | Mengenali prestasi | Guru mencari cara untuk mengenali baik usaha, dan prestasi individu juga kelompoknya dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. |
C. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya tipe-tipe dalam pembelajaran kooperatif adalah sama, yaitu lebih mengutamakan kerjasama kelompok. Namun, dalam pengelompokan tugas, tiap tipe tersebut berbeda. Slavin (1995:76) membagi pembelajaran kooperatif dalam beberapa tipe, di antaranya, Student Teams – Achievement Division (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw, dan Team Assisted Individualization (TAI) dan Group Investigation (GI).
Untuk mempelajari tipe-tipe pembelajaran kooperatif silahkan Anda mengkaji modul P4TK IPA “ Model Pembelajaran Langsung dan Kooperatif ( SMP) “, dan atau modul P4TK IPS “ Strategi-strategi Pembelajaran”.
MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
1. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Inkuiri dapat diartikan sebagai proses yang ditempuh manusia untuk mendapatkan informasi atau untuk memecahkan suatu permasalahan. Model pembelajaran inkuiri didefinisikan Piaget ( Sund dan Trowbridge: 1973 ) sebagai pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan yang ditemukan sendiri dengan yang ditemukan orang lain.
Model pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Richard Suchman, ia menginginkan peserta didik untuk bertanya mengapa suatu peristiwa terjadi, kemudian peserta didik melakukan kegiatan, mencari jawaban, memproses data secara logis, sampai akhirnya peserta didik mengembangkan strategi pengembangan intelektual yang dapat digunakan untuk menemukan mengapa suatu fenomena bisa terjadi. Model pembelajaran inkuiri ini memiliki lima fase sebagai sintak pembelajarannya. Adapun kelima fase tersebut adalah sebagai berikut.
Fase 1 : berhadapan dengan masalah
Guru menjelaskan prosedur inkuiri dan menyajikan peristiwa yang membingungkan.
Fase 2 : pengumpulan data untuk verifikasi
Menemukan sifat obyek dan kondisi. Menemukan terjadinya masalah.
Fase 3 : Pengumpulan data dalam eksperimen
Mengenali variabel-variabel yang relevan, merumuskan hipotesis dan mengujinya.
Fase 4 : Merumuskan penjelasan
Merumuskan aturan-aturan atau penjelasan-penjelasan .
Fase 5 : menganalisis proses inkuiri
Menganalisis strategi inkuiri dan mengembangkannya menjadi lebih efektif.
Dampak langsung pembelajaran inkuiri yaitu peserta didik mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai dengan keterampilan intelektual dan sikap ilmiah peserta didik sendiri (keterampilan proses sains), dan dalam proses pembelajaran akan tercipta kondisi belajar yang melibatkan peserta didik secara aktif.
Kondisi- kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi peserta didik yang harus diperhatikan guru di antaranya adalah:
a. aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan mengundang peserta didik berdiskusi;
b. berfokus pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya.
penggunaan fakta sebagai evidensi atau bukti dan di dalam proses pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis.
CONTOH PENERAPAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN PADA RPP
1. RPP Model Pembelajaran Langsung
Nama Sekolah : SDN Karangasem 04
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/Semester : VI/1
Identitas Pertemuan : Pertemuan ke-1
Alokasi Waktu : 2 x 30 menit
A. Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat, perubahan sifat benda dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan perubahan sifat benda (ukuran, bentuk, warna, atau rasa) yang dapat diamati akibat dari pembakaran, pemanasan, dan diletakkan di udara terbuka.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
· Mendeskripsikan perubahan kondisi benda karena perubahan suhu
· Mendeskripsikan penggunaan termometer
D. Tujuan pembelajaran:
Melalui pengamatan demonstrasi guru dan latihan, peserta didik dapat:
a. menyebutkan perubahan fisik benda akibat perubahan suhu;
b. menyebutkan urutan langkah-langkah mengukur suhu zat cair dengan termometer;
c. memperagakan cara menggunakan termometer.
E. Materi Pelajaran
1. Sifat-sifat fisik benda
2. Alat pengukur suhu (termometer)
3. Jenis-jenis termometer
4. Cara menggunakan termometer
F. Alat dan Bahan
· Macam-macam termometer
§ Gelas kimia
· Pembakar spiritus
· Air
G. Strategi Pembelajaran
1. Model Pembelajaran : Langsung
2. Pendekatan : konsep
3. Metode : ceramah, tanya jawab, latihan individu
H. Langkah-langkah pembelajaran
Tahapan/Sintaks pembelajaran | Kegiatan Guru-Peserta didik |
Pendahuluan: Orientasi | Guru menginformasikan tujuan pembelajaran: Misalnya: Anak-anak hari ini kalian akan belajar dan berlatih menggunakan termometer, setelah pelajaran selesai kamu diharapkan dapat: · menyebutkan urutan langkah-langkah mengukur suhu zat cair dengan termometer; · memperagakan cara menggunakan termometer. Guru menginformasikan kegiatan yang akan dilakukan dan pentingnya mempelajari penggunaan termometer. Guru menginformasikan hal-hal yang harus diperhatikan peserta didik dalam pelajaran. |
Kegiatan inti: Presentasi | · Guru menunjukkan termometer dan menjelaskan nama dan jenis termometer kemudian menjelaskan urutan langkah-langkah cara menggunakan termometer. · Guru mendemonstrasikan cara mengukur suhu zat cair dengan termometer. · Guru meminta seorang peserta didik menyebutkan kembali urutan langkah-langkah menggunakan termometer sesuai dengan apa yang telah dijelaskan. · Guru meminta seorang peserta didik mengulang peragaan menggunakan termometer. |
Latihan terstruktur | Guru meminta peserta didik melakukan kegiatan mengukur suhu zat cair dengan kondisi suhu zat cair berbeda-beda di bawah instruksi guru dan pengawasan guru. |
Latihan terbimbing | Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan pengukuran suhu berbagai zat cair dengan kondisi dipanaskan dan tidak dipanaskan dan suhu campuran air panas dengan air dingin. |
Latihan mandiri | Peserta didik melakukan pengukuran suhu berbagai zat cair. |
Penutup | Guru mengadakan tanya jawab untuk memantapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari peserta didik. |
| Peserta didik merefleksikan hal-hal yang telah dipelajari. |
I. Penilaian Hasil Belajar
Bentuk penilaian: tertulis
Metode : esay dan kinerja
a. Penilaian kognitif
1) Tuliskan jenis-jenis termometer!
2) Tuliskan fungsi termometer!
3) Jelaskan langkah-langkah menggunakan termometer pengukur temperatur benda, misalnya suhu zat cair yang dipanaskan
b. Penilaian kinerja
LEMBAR OBSERVASI
NO | ASPEK KETERAMPILAN | HASIL OBSERVASI | |
ya | tidak | ||
1 | Persiapan 1.1 mempersiapkan alat bahan 1.2 merangkai alat | | |
II | Pelaksanaan 2.1 menggunakan termometer: · menyamakan suhu termeter awal dengan suhu ruangan; · mencelupkan termometer ke dalam zat cair yang akan dikur pada posisi yang benar (tidak menyentuh dasar wadah atau dinding wadah); · memegang termometer dengan benar 2.2 Membaca skala · Posisi badan/mata yang benar ketika membaca skala | | |
Lembar Umpan Balik Penyusunan Rencana Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran langsung
Gunakan format berikut dalam memeriksa rencana pembelajaran yang telah dibuat dengan menerapkan model pembelajaran langsung.
Sintaks Pembelajaran | Hasil penelaahan | Komentar khusus | |
Ada | Tidak ada | ||
Orientasi Adakah rancangan kegiatan orientasi yang dirumuskan guru? Apakah bentuk orientasi berupa informasi tujuan pelajaran, kegiatan yang akan dilakukan peserta didik, atau informasi materi yang akan diterima peserta didik? | | | |
Presentasi Adakah tahap presentasi yang direncanakan? Apakah dalam fase presentasi ini guru menggunakan alat bantu? | | | |
Latihan Terstruktur Adakah tahap terstruktur yang direncanakan guru? | | | |
Latihan terbimbing Adakah tahap terbimbing yang direncanakan guru? | | | |
Latihan mandiri Apakah guru memberi kesempatan untuk peserta didik melakukan kegiatan mandiri? | | | |
Lembar Umpan Balik Penyusunan Rencana Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran langsung
Gunakan format berikut dalam memeriksa rencana pembelajaran yang telah dibuat dengan menerapkan model pembelajaran langsung.
Sintaks Pembelajaran | Hasil penelaahan | Komentar khusus | |
Ada | Tidak ada | ||
Orientasi Adakah rancangan kegiatan orientasi yang dirumuskan guru? Apakah bentuk orientasi berupa informasi tujuan pelajaran, kegiatan yang akan dilakukan peserta didik, atau informasi materi yang akan diterima peserta didik? | | | |
Presentasi Adakah tahap presentasi yang direncanakan? Apakah dalam fase presentasi ini guru menggunakan alat bantu? | | | |
Latihan Terstruktur Adakah tahap terstruktur yang direncanakan guru? | | | |
Latihan terbimbing Adakah tahap terbimbing yang direncanakan guru? | | | |
Latihan mandiri Apakah guru memberi kesempatan untuk peserta didik melakukan kegiatan mandiri? | | | |
G. Tugas
Setelah Anda berhasil menyusun RPP dengan menggunakan model pembelajaran langsung, tugas saudara berikutnya adalah laksanakanlah rancangan itu dalam pembelajaran bersama peserta didik di dalam kelas. Hasilnya tuangkanlah dalam studi kasus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar